Haul dan Maulid di Al-Ayirotusy-Syafi`Iyyah: Meneladani Nabi dan Para Pewarisnya

Semasa hidupnya, K.H. M. Syafi`i Hadzami, yang akrab dipanggil “Mu’allim Syafi`i Hadzami”, adalah tokoh puncak ulama Betawi abad ke-20. Namanya sangat termasyhur meskipun kegiatan utamanya dari hari ke hari lebih banyak dihabiskan di majelis ta’lim saja dan jarang mengikuti kegiatan lain yang banyak dilakukan tokoh-tokoh ulama lain. Bahkan ceramah pun tergolong jarang. Ia benar-benar guru dalam arti yang sesungguhnya.

Panggilan “Mu’allim”, yang berarti “pengajar”, “guru”, memang benar-benar menggambarkan kehidupannya sehari-hari, bukan asal panggilan saja. Betapa tidak. Dalam seminggu, majelis ta’lim yang diasuhnya sekitar 35 dan tersebar di lima wilayah Ibu Kota. Berarti, dalam sehari, rata-rata ada lima majelis ta’lim yang diasuhnya.

Yang membedakannya dengan majelis kiai-kiai lain di Jakarta pada umumnya, dan di banyak tempat lain di Indonesia, kitab-kitab yang dibacanya bukan hanya dalam disiplin tauhid, fiqih, tasawuf, dan hadits, sebagaimana umumnya. Hampir semua disiplin ilmu keislaman dipelajari di majelis-majelisnya. Selain ilmu-ilmu tersebut juga dipelajari kitab-kitab ushul fiqh, qawa`id fiqhiyah (kaidah-kaidah fiqih), tafsir, nahwu, balaghah, ulumul-Qur’an, musthalah hadits, `arudh (ilmu tentang syair), dan sebagainya. Semua itu menandakan keluasan ilmunya.

Yang membedakannya pula dengan majelis-majelis ta’lim lain, yang hadir bukan hanya santri atau ustadz-ustadz muda, melainkan juga bahkan para kiai dan ustadz-ustadz senior, termasuk para habib. Malah tak sedikit yang lulusan perguruan-perguruan di Timur Tengah.

Mereka tidak sekadar hadir untuk meramaikan majelisnya, tetapi benar-benar ingin menuntut ilmu darinya dalam arti yang sesungguhnya. Sangat sulit ditemukan pada masa sekarang, apalagi di Jakarta, di sebuah majelis ta’lim yang belajar adalah para kiai. Ini sungguh suatu hal yang langka. Karena itu ketika ia berpulang ke rahmatullah pada tanggal 7 Mei 2006, begitu banyak orang yang merasa kehilangan.

Hari itu, Jakarta dan sekitarnya benar-benar larut dalam kesedihan mendalam, karena tokoh panutan dan pegangan mereka telah tiada. Sungguh tepat ungkapan yang dituturkan oleh K.H. Saifuddin Amsir ketika memberikan sambutan atas nama murid-muridnya ketika jenazah akan dimakamkan, “Wafatnya beliau sama dengan runtuhnya sebuah universitas.”

Begitu banyak tokoh habaib dan ulama serta murid-murid dan pengikutnya yang datang, sehingga shalat Jenazah diadakan sampai 66 kali, mulai dari setelah zhuhur hingga waktu maghrib tiba. Itu pun terpaksa dihentikan, karena jenazah akan segera dimakamkan meskipun orang masih terus berdatangan. Banyaknya jumlah shalat Jenazah yang dilakukan hingga sebanyak itu juga suatu hal yang langka untuk ukuran masa sekarang, apalagi di Jakarta. Begitulah, Allah masih menunjukkan kebesarannya hingga wafatnya.    

Untuk memperingati hari wafatnya K.H. M. Syafi`i Hadzami, segenap keluarga besarnya dan perguruan Al-Asyirotusy-Syafi`iyah pada tanggal 20 Maret 2011 mengadakan haulnya yang kelima sekaligus memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

Sejak pagi para jama’ah yang berdatangan dari berbagai tempat telah memadati tempat acara berlangsung. Kiri-kanan Jalan K.H. M. Syafi`i Hadzami, Gandaria, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, dipenuhi kendaraan jama’ah yang parkir.

Nama besarnya, ditambah popularitas Habib Riziq Syihab dan K.H. Zainuddin M.Z., yang akan menyampaikan ceramahnya dalam acara itu, mampu menyedot ribuan jama’ah dari berbagai tempat untuk menghadirinya.   

Penodaan, bukan Perbedaan

Acara pagi itu diawali pembacaan Maulid.

Setelah disampaikan sambutan oleh panitia,  putra tertua almarhum, yakni H. Chudhori Syafi`i Hadzami, menyampaikan sambutan atas nama keluarga. Dalam sambutannya ia menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan yang menghadiri acara itu, baik para habib, ulama, maupun jama’ah yang hadir serta masyarakat sekitar. Ia mengatakan sangat terharu atas semua itu, yang menunjukkan perhatian dan kecintaan mereka semua kepada almarhum.   

Banyak habib, kiai, dan ustadz yang menghadiri acara ini.

Habib Riziq Syihab memberikan mauizhah hasanah yang pertama. Sebelum mulai memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan Maulid, ia lebih dulu berbicara tentang K.H. M. Syafi`i Hadzami. Habib Riziq menegaskan, K.H. M. Syafi`i Hadzami adalah sosok yang patut diteladani. Ilmunya sangat bermanfaat. Di berbagai majelisnya banyak sekali kiai dan ustadz yang menimba ilmu darinya. Murid-muridnya yang tersebar luas kemudian menyebarkan ajarannya lagi di tempat-tempat lain. Belum lagi karya-karyanya yang telah dibaca banyak orang dan menjadi rujukan dalam berbagai persoalan.

Karena itu, kata Habib Riziq, kita harus selalu berusaha melanjutkan perjuangannya dalam menghidupkan ajaran-ajaran Islam. Itulah di antara yang dipesankan Habib Riziq kepada anak-cucu, keluarga, dan murid-murid K.H. M. Syafi`i Hadzami.

Dalam ceramahnya, Habib Riziq juga menegaskan, kelahiran Rasulullah SAW adalah nikmat yang sangat besar, karena kehadirannya memberikan manfaat yang luar biasa bagi semua manusia, bahkan seluruh makhluk. Banyak orang yang semula tak beradab kemudian menjadi orang yang memiliki akhlaq mulia berkat bimbingannya. Karena itu, perayaan Maulid menjadi sesuatu yang sangat penting, karena ia adalah salah satu sarana untuk memahami perjalanan hidup insan termulia yang menjadi teladan utama umat ini.

Catatan penting lain yang disampaikan oleh Habib Riziq adalah perbedaan antara perbedaan agama dan penodaan atau penistaan agama.

Kita, umat Islam menghormati perbedaan agama. Karena itu, katanya, umat Islam tidak akan, tidak pernah, dan tidak boleh mengganggu umat agama lain yang menjalani agamanya sesuai aturan yang berlaku di negeri ini dan tidak mengganggu umat Islam. Tetapi umat Islam tidak bisa menerima dan menolak secara tegas tindakan-tindakan penodaan atau penistaan terhadap ajaran Islam oleh orang Islam atau orang-orang yang mengaku beragama Islam tetapi sebenarnya sudah keluar dari Islam karena keyakinannya yang bertentangan dengan Islam. Misalnya para pemeluk Ahmadiyah, yang mengakui adanya nabi setelah Nabi Muhammad SAW.

Penceramah lain dalam acara ini adalah K.H. Maulana Kamal Yusuf dan K.H. Dr. Zainuddin M.Z. Hadir pula dalam acara ini Habib Sholeh Al-Habsyi, yang membacakan doa penutup. Juga Habib Ahmad bin Novel Bin Jindan, K.H. Ali Saman, K.H. Yunus Sasih, Ustadz H. Yusuf Mansur, dan banyak lagi ulama yang lain, terutama murid-murid K.H. M. Syafi`i Hadzami.

About Hollyati Nita

Check Also

Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan dan Karya-karyanya : Pohon yang Bercabang Banyak

Tersebar ke berbagai Penjuru Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan sa­ngat dikenal kealiman dan kewara‘an­nya, sehingga …