Upaya Pemurtadan Melalui Teror

Untuk kesekian kali, bom meledak di negeri ini. Kali ini, yang sangat mengejutkan, peledakan bom dilakukan di dalam masjid pada saat umat Islam sedang dalam keadaan shalat Jum’at dan tempatnya di kompleks kepolisian, yaitu Kompleks Markas Kepolisian Resor Kota Cirebon.

Pasca-peledakan bom bunuh diri yang terjadi di Masjid Attaqwa pada hari Jum’at tersebut (15/4), berbagai dugaan ihwal motivasinya pun bermunculan.

Di antaranya, pertama, pelakunya adalah Islam garis keras. Sasaran sebenarnya adalah polisi, bukan masjid. Mereka menjadikan polisi sebagai sasaran karena golongan garis keras ini mengganggap bahwa polisi adalah aparat pemerintah yang dalam pandangan mereka kafir karena berkiblat kepada Barat, khususnya Amerika. Mereka menginginkan agar Indonesia menjadi wilayah Islam transnasional, yang meliputi Filipina Selatan hingga Taliban. Ini lagu lama.

Dugaan kedua, sasarannya memang masjid. Masjid itu dijadikan target karena oleh para teroris dianggap thagut atau berhala, yang harus dihancurkan. Kedudukan pemerintah, dan segala sesuatunya yang bgerhubungan dengan pemerintah, termasuk masjid tersebut, dalam pandang mereka, sama seperti dalam dugaan pertama, yakni kafir. Masjid yang dijadikan sasaran adalah masjid yang dibangun, dimiliki, didanai, dan dirawat pemerintah. Dan siapa pun yang beribadah di masjid tersebut, karena dalam pandangan mereka adalah pendukung  thagut, halal dibunuh. Ini juga lagu lama.

Dugaan ketiga, motivasinya adalah dendam, karena polisilah yang berada dalam barisan terdepan dalam pemberantasan terorisme. Ini pun lagu lama, sebagaimana terjadi di daerah-daerah lain.

Dugaan keempat, teror yang dilakukan di dalam masjid itu bertujuan agar umat Islam takut untuk beribadah di dalam masjid. Ini hal baru. Jika dugaan keempat inilah yang menjadi motivasi peledakan di dalam masjid di Cirebon itu, bukankah ini modus baru pemurtadan umat Islam? Ya, pemurtadan melalui teror.

Dan jika ini yang terjadi, wahai saudara-saudaraku umat Islam, jangan mundur. Jangan takut, karena ketakutan kita adalah keberhasilan teroris dan siapa pun yang berada di belakang teroris itu. Teruslah berjalan di atas jalan Allah. Seandainya pun kita mati di jalan Allah, surgalah pahala yang akan kita terima.

Jangan pernah meninggalkan shalat Jum’at, atau ibadah-ibadah lain yang dilakukan di dalam masjid. Andaikan pun kita syahid dalam kerangka beribadah shalat Jum’at, atau ibadah-ibadah lain itu, bukankah syahid adalah cita-cita setiap muslim? Bahkan, “Barang siapa memohon mati syahid kepada Allah dengan sungguh-sungguh, Allah akan menyampaikannya derajat para syuhada sekalipun ia mati di atas ranjangnya.” (HR Imam Muslim dan Al-Baihaqi).

About Hollyati Nita

Check Also

Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan dan Karya-karyanya : Pohon yang Bercabang Banyak

Tersebar ke berbagai Penjuru Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan sa­ngat dikenal kealiman dan kewara‘an­nya, sehingga …